Berencana mengunjungi Candi Bahal (Candi Portibi) di Padang Lawas Utara? Dapatkan info lengkap lokasi, tiket, dan pesona candi Buddha terbesar di Sumatera. Wajib masuk daftar wisatamu!

Di tengah hamparan lanskap subur Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, berdiri megah sebuah kompleks percandian yang menjadi saksi bisu kejayaan masa lampau. Dikenal sebagai Candi Bahal atau Candi Portibi, situs ini merupakan kompleks candi Buddha beraliran Vajrayana yang terluas dan termegah di seluruh Pulau Sumatra tepatnya di Barumun, menjadikannya sebuah permata arkeologi yang tak ternilai.

Berbeda dari candi-candi di Jawa yang umumnya terbuat dari batu andesit, Candi ini dibangun dari bata merah, memberikan pesona visual yang khas dan hangat.

Lokasi dan Kompleks Candi Bahal

Secara administratif, Candi ini terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara. Kompleks ini tidak terdiri dari satu candi, melainkan tiga bangunan utama yang terpisah, yaitu:

  1. Candi Bahal I: Merupakan candi utama yang paling besar, paling utuh, dan paling sering dikunjungi. Dikelilingi oleh pagar tembok berukuran 36 x 36 meter, candi ini memiliki gerbang masuk (gapura) yang juga terbuat dari bata merah.
  2. Candi Bahal II: Berjarak sekitar 200 meter dari Candi Bahal I, candi ini memiliki ukuran yang lebih kecil namun dengan arsitektur yang serupa.
  3. Candi Bahal III: Terletak paling jauh, candi ini juga menampilkan struktur dasar yang sama, meskipun kondisinya tidak seutuh Candi Bahal I.

Ketiga candi ini berdiri dalam satu garis lurus, yang menunjukkan adanya perencanaan tata letak yang matang pada masa pembangunannya.

Sejarah: Jejak Kerajaan Pannai dan Pengaruh Sriwijaya

Candi ini diyakini dibangun antara abad ke-11 hingga ke-13 Masehi. Pembangunannya sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Pannai (Pane), sebuah kerajaan bercorak Buddha yang pernah berkuasa di wilayah tersebut. Kerajaan Pannai sendiri diduga merupakan bagian dari mandala (konfederasi) Kekaisaran Sriwijaya.

Bukti keberadaan Kerajaan Pannai sebagai kekuatan maritim dan politik yang signifikan tercatat dalam Prasasti Tanjore (1030 M) di India. Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Rajendra Chola I dari Dinasti Chola telah menaklukkan beberapa wilayah kekuasaan Sriwijaya, termasuk “Pannai” yang kaya akan air.

Meskipun peninggalan prasasti di sekitar candi sangat minim, arsitektur dan ikonografi candi dengan jelas menunjukkan pengaruh kuat dari ajaran Buddha Vajrayana, yang juga berkembang di masa senja Sriwijaya dan di Tibet.

Keunikan Candi Bahal

Candi Bahal memiliki sejumlah keunikan yang membedakannya dari situs-situs purbakala lain di Indonesia:

1. Aliran Buddha Vajrayana (Tantrayana)

Ini adalah keunikan paling fundamental. Mayoritas candi Buddha di Indonesia, seperti Borobudur, beraliran Mahayana. Candi ini adalah satu dari sedikit bukti monumental keberadaan aliran Vajrayana di Nusantara. Ciri khasnya terlihat pada:

  • Arca dan Relief: Ditemukannya arca-arca seperti Heruka (salah satu manifestasi dewa dalam Tantrayana) dan relief penari yang digambarkan dalam posisi tribhanga (lekukan tiga bagian tubuh). Tarian ini sering dikaitkan dengan ritual dalam ajaran Tantrayana.
  • Bentuk Stupa: Atap candi dimahkotai oleh stupa besar yang melambangkan pencerahan dan kosmos dalam ajaran Buddha.

2. Material Bangunan Bata Merah

Penggunaan bata merah sebagai material utama memberikan karakter yang kuat. Tidak seperti candi-candi megah di Jawa Tengah yang dipahat dari batu vulkanik, Candi Bahal menunjukkan penguasaan teknologi pembuatan dan penyusunan bata yang presisi, menghasilkan bangunan yang kokoh selama berabad-abad.

3. Arsitektur Khas Padang Lawas

Struktur Candi ini terdiri dari tiga bagian: kaki, tubuh, dan atap, yang merupakan filosofi umum dalam bangunan suci.

  • Kaki Candi: Berbentuk persegi dengan penampil (tonjolan) di setiap sisinya.
  • Tubuh Candi: Berbentuk silinder, dihiasi dengan ukiran singa duduk dan relief-relief lain.
  • Atap Candi: Berbentuk stupa besar yang lonjong, menyerupai bunga teratai yang sedang mekar, sebuah simbolisme penting dalam agama Buddha.

4. Lokasi yang Terpencil

Berbeda dari pusat-pusat peradaban kuno yang biasanya terletak di dekat pantai atau lembah sungai besar, Candi Bahal berada di pedalaman Sumatra. Lokasinya yang strategis di Lembah Sungai Barumun menunjukkan bahwa wilayah ini pernah menjadi jalur perdagangan darat yang penting, menghubungkan pesisir timur dengan wilayah pedalaman yang kaya akan hasil bumi seperti kapur barus dan emas.

5. Kompleks Terluas di Sumatera Utara

Dengan tiga candi utama dan beberapa gundukan tanah (biaro) yang diduga merupakan sisa-sisa bangunan pendukung lainnya, kompleks Candi ini adalah situs percandian Buddha terluas yang pernah ditemukan di Sumatera Utara, menunjukkan adanya pusat keagamaan yang besar dan terorganisir.

Fungsi dan Makna

Candi Bahal berfungsi sebagai pusat peribadatan dan ritual bagi penganut Buddha Vajrayana pada masanya. Kompleks ini adalah tempat para biksu belajar, bermeditasi, dan melaksanakan upacara-upacara keagamaan yang kompleks. Stupa di puncaknya menjadi pusat orientasi spiritual, melambangkan perjalanan menuju nirwana.

Kesimpulan

Candi Bahal di Barumun bukan sekadar tumpukan bata merah kuno. Ia adalah jendela langka untuk melihat peradaban Buddha Vajrayana yang pernah berkembang pesat di pedalaman Sumatra. Sebagai kompleks candi Buddha terbesar di Sumatera Utara, Candi Bahal adalah bukti nyata kekayaan sejarah, keragaman budaya, dan kedalaman spiritual Nusantara yang sering kali terlupakan. Mengunjungi dan melestarikan Candi Bahal berarti menjaga salah satu babak terpenting dalam sejarah Indonesia.